Kenali Gejala Stres pada Remaja

Berbulan-bulan pandemi COVID-19 telah membatasi hidup kita. Tidak hanya diri kita sendiri, mungkin anak remaja kita juga merasakan dampaknya secara emosional.

Merasa sedih karena banyak kegiatan yang dibatalkan dan adanya jarak sosial memang tidak bisa dihindari. Kebanyakan dari kita berjuang untuk tetap positif tapi seorang remaja bisa terjebak dalam suasana hati negatif dan membutuhkan bantuan untuk bangkit kembali.

Berikut ini adalah tanda-tanda yang harus diperhatikan orang tua dan pendidik agar dapat mendeteksi stres pada remaja sejak dini.

1.    Menarik diri dari lingkungan keluarga dan pertemanan.

Terkadang, remaja ingin menghabiskan waktu sendiri dengan tenang selama beberapa hari. Namun, jika mereka mengisolasi dirinya selama berminggu-minggu, ini mungkin menunjukkan adanya masalah kecemasan sosial.

Menarik diri seringkali berakhir dengan menambah kecemasan karena mereka fokus pada pikiran negatif. Jika hal ini dibiarkan berlarut dapat berujung pada depresi yang membuat mereka ingin menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

2.    Mengalami ketakutan luar biasa tanpa alasan

Jika remaja sering ketakutan karena sebab yang tidak kita pahami atau hal yang sepele, kita harus mencari akar penyebabnya. Jika memungkinkan kita harus bertanya kenapa mereka merasa takut.

Jika ketakutan mereka berlanjut, hingga terjadi serangan panik, hal ini layak diwaspadai dan perlu meminta bantuan tenaga ahli.

3.    Mudah marah

Remaja yang terbebani oleh masalah tertentu cenderung lebih mudah marah. Jika kemarahan itu dilakukan secara berlebihan, misalnya terlibat dalam perkelahian, menggunakan senjata tajam atau menyakiti orang, hal ini harus dianggap serius. Kemarahan yang sering terjadi dapat berarti adanya gangguan kecemasan karena stres.

4.    Menurunnya prestasi akademik.

Nilai akademik yang tiba-tiba turun secara drastis juga mengindikasikan masalah psikologis. Remaja yang stres sering kesulitan dalam mengontrol fokus mereka. Akibatnya mereka sering menunda dan tidak mengerjakan tugas sehingga tidak dapat mencapai potensi akademis sepenuhnya. Mereka mungkin pada akhirnya juga mulai bolos untuk menghindari sekolah.

5.    Mengalami gangguan makan.

Stres dapat mempengaruhi pilihan makan. Tingkat stres yang tinggi menyebabkan orang ingin makanan yang tinggi gula dan lemak. Akibatnya, terjadi makan yang berlebihan. Sebaliknya, ada juga yang menanggapi stres dengan kehilangan nafsu makan.

Perhatikan apakah ada penurunan atau kenaikan berat badan yang nyata pada anak remaja Anda. Jika demikian, itu bisa menandakan adanya masalah kecemasan.

Banyak remaja tidak bisa dengan terbuka berkata, “Saya stres.” Karena itu, perubahan perilaku sering menandakan bagaimana perasaan mereka. Jika Anda curiga anak remaja Anda sedang stres, mulailah bicara dengan mereka.

Terlepas dari upaya yang sudah dilakukan, jika Anda mengamati gejalanya semakin memburuk atau berlangsung lebih dari dua minggu, mungkin inilah waktunya untuk mencari bantuan tenaga ahli.

Seorang remaja dalam krisis membutuhkan bantuan dan dukungan langsung dari orang-orang terdekat agar mereka dapat kembali menikmati masa remaja mereka sepenuhnya.

Untuk melihat video webinar klik di sini.

Penulis : Septika Rini

Artikel terkait:

Share :

Related articles