Mendeteksi Gangguan Kesehatan Mental pada Siswa

Kebijakan Pembatasan Sosial selama pandemi Covid19 telah diberlakukan di berbagai bidang termasuk dunia Pendidikan, dengan diberlakukannya sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar dari rumah.  

Perubahan aktivitas belajar yang tiba-tiba ini membawa dampak yang besar bagi siswa, mereka mungkin belum mampu menghadapi perubahan yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba. 

Berdasarkan data yang diperoleh Satgas Penanganan Covid-19 (BNPB, 2020) menunjukkan bahwa 47% anak Indonesia merasa bosan di rumah, 35% merasa khawatir ketinggalan pelajaran, 15% anak merasa tidak aman, 20% anak merindukan teman-temannya, dan 10% anak merasa khawatir tentang kondisi ekonomi keluarga. 

Kondisi ini bila tidak mendapatkan perhatian dan penangan serius, bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan mental siswa.  

Apa itu kesehatan mental? Sehat mental adalah kondisi dimana siswa bisa menyadari potensi diri, menghadapi stress sehari-hari, belajar secara produktif dan menghasilkan kontribusi yang baik. Bagaimana kita dapat mengetahui, apakah mental siswa terganggu atau tidak?

Beberapa indikator yang menunjukkan adanya gangguan kesehatan mental antara lain :

  1. Fisik 
    • Merasa lelah dan lemas terus menerus, adanya perubahan berat badan yang drastis, perubahan penampilan
    • Gangguan pola tidur dan makan yang ekstrem
    • Gejala fisik seperti jantung berdebar, mual,  sakit kepala dan keringat berlebih
    • Serangkaian mimpi buruk
    • Kecemasan
    • Tidak mampu mengambil keputusan
  1. Emosi
    • Rasa sedih yang muncul tiba-tiba tanpa sebab yang jelas selama 2 minggu atau lebih
    • Mudah marah
    • Perubahan suasana hati secara cepat (mood swing)
    • Ketakutan yang berlebihan
    • Kecemasan
    • Merasa kehilangan kepercayaan diri
  1. Kognitif
    • Sikap negatif terhadap orang lain dan kehidupan, sering menyalahkan diri sendiri, adanya keinginan untuk bunuh diri
    • Penurunan kemampuan daya ingat, sulit berkonsentrasi, dan kekhawatiran yang berlebihan
  1. Perilaku
    • Mengabaikan kewajiban, menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol
    • Terlibat dalam perkelahian, menyakiti orang lain dan diri sendiri
    • Menurunnya prestasi kerja secara drastis
  1. Sosial
    • Menarik diri, menolak berinteraksi dengan lingkungan, merugikan orang lain
    • Tidak memiliki minat untuk melakukan kegiatan sehari-hari

Bila siswa mengalami beberapa indikator di atas, maka siswa perlu didampingi, didengarkan, diajak bicara tanpa menghakimi. 

Pendampingan siswa tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain  dengan mengajarkan:

  1. Pembagian waktu dengan membuat jadwal tertulis untuk kegiatan olah fisik, edukasi, rekreasi, interaksi dengan orang lain dan istirahat. Anak juga perlu dibiasakan untuk membatasi penggunaan gadget maksimal dua jam di luar waktu pembelajaran
  2. Membuat prioritas kegiatan dari yang terpenting untuk dikerjakan sehingga penggunaan waktunya efektif dan efisien
  3. Pengenalan alarm diri seperti tanda-tanda kecapekan dan perasaan negatif
  4. Memberikan waktu kepada siswa untuk menghibur diri sendiri (me time

Dalam mencapai kesehatan mental siswa, terdapat berbagai hambatan  yang biasa ditemukan, antara lain:

  1. Fear Of Missing Out (FOMO) – perasaan takut tertinggal informasi dan berita terbaru. Hal ini dapat diatasi dengan cara mematikan notifikasi ponsel, menetapkan waktu menggunakan gadget dan mengaktifkan alarm diri.
  2. Zoom Fatigue – rasa lelah dan gelisah yang muncul akibat terlalu sering melakukan pertemuan daring. Ini dapat diatasi dengan melakukan olahraga mata.
  3. Internet  Gaming Disorder – kebiasaan bermain game yang tidak terkendali hingga mengganggu minat dan aktivitas sehari-hari dengan alasan menghindari kebosanan. Untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan pembatasan waktu penggunaan gawai di luar kegiatan edukasi.

Selain mengatasi hambatan-hambatan di atas, siswa perlu didampingi untuk mengendalikan emosinya. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengajak siswa untuk :

Fokus pada masalah yang dihadapi

Meredakan emosi yang timbul

Membiasakan berbicara dengan orang lain (orangtua, saudara, guru) tentang masalah yang dihadapi

Mengajak dan mendorong siswa melakukan aktivitas yang disenanginya

Mengajarkan siswa melakukan journaling

Mengajak untuk berdoa bersama keluarga

Membantu siswa menemukan cara untuk memecahkan masalah 

Webinar selengkapnya dapat dilihat di sini.

Penulis: Dyahni Ardrawersthi

Artikel Terkait : 

Dampak Pandemi Pada Kesehatan Mental Anak dan Remaja

Share :

Related articles