Menjadi Pelajar Mandiri dengan Bantuan Teknologi

Belajar dengan Chromebook

Pukul 9.00 pagi, hari pertama kembali pembelajaran jarak jauh (PJJ). Alisa menyalakan Chromebook, tablet yang dipinjamkan oleh sekolah. Ia mengetik kata sandi, lalu mengunjungi schoology.com, portal komunikasi guru, murid dan orang tua. Ia membuka pesan dari wali kelas yang menyampaikan program belajar hari itu.

Gurunya sudah memberikan beberapa penjelasan tentang perkalian pecahan di Google Slides, termasuk link ke beberapa video penjelasannya. Ia tinggal mengunduh slides-nya, mendengarkan penjelasan di video sambil mencatat, lalu mengerjakan soal yang sudah disiapkan di Google Slides yang sama. Setelah selesai, ia mengunggah Google Slides tersebut ke folder di Google Drive yang berisi semua catatan dan hasil latihannya hari itu, lalu membagi link file-nya ke wali kelas.

Selesai dengan matematika, Alisa membuka Google Maps untuk ilmu sosial. Gurunya memberi tugas untuk menggambar peta sekitar rumah dengan skala 50 meter. Ia mengubah visualisasi peta menjadi foto satelit, lalu menggambar rumah, bundaran di depan rumahnya, kali di sisi barat, beberapa gedung apartemen di sisi timur dan utara, serta jalan menuju gedung apartemennya. Selesai menggambar, ia memotret gambarnya dengan kamera di Chromebook dan mengunggahnya ke Google Drive yang sama.

Lalu Google Calendar-nya mengingatkan bahwa ia ada jadwal video call sekelas. Ia bergabung via link Google Meet yang tersedia di Calendar. Di video call, tiap anak menjelaskan peta yang mereka baru saja gambar, dan berdiskusi tentang pengarang favorit mereka. Guru memberikan arahan mengenai hal-hal yang bisa dicari mengenai pengarang favorit mereka: masa kecilnya, apa yang menginspirasi mereka untuk menulis dan mempengaruhi gaya tulisan mereka. Ia lalu meminta tiap anak menulis biografi singkat tentang pengarang favorit mereka, sebelum menutup sesi dengan doa bersama.

Selesai video call, ia membuka kiddle.co untuk mencari informasi tentang Cressida Cowell, penulis buku How To Train Your Dragon. Ia mengetik hasil temuannya di Google Docs. Ketika ia menemukan istilah yang ia tidak mengerti, ia meng-highlight kata tersebut lalu klik dua kali untuk mendapatkan arti katanya. Selesai menulis biografi singkatnya, ia menggunakan fitur grammar dan spelling check untuk memastikan tata bahasanya rapi. Setelah puas, ia membagi link file-nya ke wali kelas.

Bila sekolah tatap muka biasanya berakhir pukul 15.00, PJJ dengan teknologi memampukan Alisa menyelesaikan sekolah pada tengah hari. Alisa bisa makan siang dengan orang tuanya yang bekerja dari rumah, lalu jalan-jalan dengan anjingnya. Ia membawa Chromebook-nya untuk mengambil beberapa selfie, karena ia bisa mengunggah fotonya sebagai bukti aktivitas fisik, bagian dari pelajaran olahraga.

Sekembalinya ke rumah, ia mengecek schoology.com untuk memastikan semua tugasnya selesai. Bila ada yang belum dimengerti, ia bertanya via e-mail dan gurunya akan menjawab atau menjadwalkan video call bila pertanyaannya kompleks.

“Enaknya PJJ, kalau kita sudah mengerti selesainya cepat, banyak waktu main. Juga tidak ada PR, karena semuanya dilakukan dari rumah,” katanya. 

Fungsi guru pun berubah dari “sumber ilmu” yang menjelaskan semuanya menjadi “fasilitator” yang menjadi tempat anak bertanya dan mendapat arahan. Dengan perubahan peran yang dimungkinkan oleh teknologi, guru bisa lebih fokus mengajar anak-anak yang kesulitan secara akademis atau memiliki kesulitan mengoperasikan teknologi.

Selain itu, anak akan menyadari bahwa ilmu bisa didapat dari banyak sumber: guru, buku, internet, percakapan dengan orang lain, survei, sampai observasi. Banyak hal ini dipermudah dengan adanya gawai seperti Chromebook. 

Ini merdeka belajar yang sesungguhnya: di mana saja, kapan saja, dari berbagai sumber.

Penulis : Elina Ciptadi

Artikel terkait :

Pembelajaran Jarak Jauh Jadi Mudah dengan Google Workspace for Education

Share :

Related articles